Wajah Baru Kurikulum Merdeka 2025: Guru Hadapi Tiga Tantangan Besar: AI, Coding, dan Belajar Mendalam
NoLimit Indonesia – Dunia pendidikan Indonesia kembali berpacu. Setelah sukses memperkenalkan Kurikulum Merdeka, pemerintah kini menambah tantangan baru yang tertuang dalam Peraturan Menteri terbaru (Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025).
Aturan ini bukan sekadar administrasi, tapi benar-benar mengubah cara guru mengajar. Mulai tahun 2025, guru di Indonesia akan menghadapi tiga tuntutan utama: menguasai Pembelajaran Mendalam (Deep Learning), memasukkan coding, dan akrab menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) di kelas.
Fokus Kurikulum Merdeka Baru: Dari Menghafal Menuju Pemahaman Mendalam
Reformasi pendidikan di bawah Kurikulum Merdeka Plus secara fundamental mengubah tujuan belajar. Titik beratnya kini bukan lagi pada kecepatan “menghabiskan materi” kurikulum, melainkan pada “kedalaman pemahaman.”
Jika model lama kerap memaksa siswa untuk sekadar menghafal fakta, tuntutan baru ini mewajibkan guru untuk memastikan siswa tidak hanya tahu, tetapi juga benar-benar menguasai konsep. Siswa harus mampu menggunakan ilmu yang didapat untuk memecahkan masalah nyata dan menerapkannya dalam konteks kehidupan.
Seperti yang ditekankan oleh Dirjen GTK, kunci keberhasilan adalah menciptakan kedalaman dari fleksibilitas yang sudah ada. Oleh karena itu, guru kini diwajibkan merancang proyek kolaboratif antar mata pelajaran (interdisipliner) dan mengutamakan umpan balik berkelanjutan (penilaian formatif), alih-alih hanya mengandalkan hasil ujian akhir yang bersifat kaku.

Coding & AI: Dari Pilihan Jadi Kebutuhan Inti
Tantangan kedua adalah teknologi. Pelajaran Coding (pemrograman dasar) yang dulunya hanya ekstrakurikuler kini menjadi sangat penting. Tujuannya adalah melatih cara berpikir komputasi (Computational Thinking) siswa kemampuan memecah masalah besar menjadi langkah-langkah kecil.
Selain itu, guru harus mulai menggunakan AI (Kecerdasan Buatan) sebagai alat bantu mengajar. Ini bisa berupa AI yang otomatis membuat soal kuis, atau chatbot pendidikan yang membantu personalisasi belajar siswa.
Program Wajib bagi Guru
Untuk mempersiapkan para guru, Kemendikdasmen menetapkan empat program teknologi wajib yang harus diikuti, terintegrasi dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG):
- Sertifikasi Koding Dasar: Semua guru harus paham konsep dasar Koding, tidak hanya guru TIK.
- Pelatihan AI Generatif: Belajar menggunakan alat AI, seperti ChatGPT versi pendidikan, untuk membuat bahan ajar yang cepat dan adaptif.
- Etika Digital: Pelatihan tentang cara aman dan bertanggung jawab menggunakan teknologi dan data siswa.
- Kemitraan Industri: Program pendek untuk melihat bagaimana Koding dan AI benar-benar diterapkan di dunia kerja modern.
Reformasi Sistem Guru: Adil dan Merata
Dukungan terhadap transformasi kurikulum ini datang dari reformasi manajemen guru:
- Penilaian Kinerja Baru: Penilaian kinerja guru (MKKG) kini tidak lagi fokus pada tumpukan administrasi atau jumlah jam tatap muka yang kaku. Nilai utama guru akan dilihat dari dampak nyata mereka pada kemampuan berpikir kritis siswa dan seberapa baik mereka mengintegrasikan teknologi.
- Pemerataan Guru ASN: Pemerintah juga akan menerapkan kebijakan pemerataan. Guru Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS/PPPK) yang berlebihan di satu sekolah bisa dipindahkan atau ditugaskan sementara ke sekolah swasta atau daerah pelosok yang kekurangan tenaga. Tujuannya: memastikan semua siswa di Indonesia mendapatkan guru berkualitas tinggi.
Isu Krusial: Profesi Guru di Tengah Bayang-Bayang AI
Masuknya AI dan Koding secara masif dalam kurikulum memicu pertanyaan mendasar tentang nasib profesi guru di masa depan. Apakah AI akan menggantikan guru?
Menurut laporan dan pakar pendidikan global, jawabannya adalah “Tidak, tetapi peran guru berubah drastis.”
Pergeseran Peran Guru: Dari Penyampai Ilmu menjadi Pelatih Jiwa
- AI Menggantikan Tugas Rutin: Teknologi seperti platform penilaian otomatis dan generator materi ajar adaptif akan mengambil alih sebagian besar tugas rutin dan administratif guru. Hal ini sejalan dengan pandangan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB) yang menekankan bahwa AI harus digunakan untuk meningkatkan efisiensi guru, bukan untuk menghilangkan mereka (Sumber: UNESCO Global Education Report).
- Fokus pada Kecerdasan Emosional: Hal yang tidak bisa digantikan AI adalah sentuhan kemanusiaan (Human Touch), pembentukan karakter, motivasi, dan kecerdasan emosional (Emotional Intelligence). Guru masa depan harus lebih fokus sebagai mentor, fasilitator diskusi kritis, dan pembimbing kesehatan mental siswa.
- Ancaman Kesenjangan: Tantangan terbesar bukan pada AI itu sendiri, melainkan pada kesiapan guru dan pemerataan infrastruktur digital. Guru yang gagal menguasai literasi AI berisiko semakin tertinggal. Selain itu, Bank Dunia menyoroti bahwa banyak sekolah di daerah 3T masih memiliki akses internet terbatas, yang berpotensi memperlebar kesenjangan kualitas pendidikan antara kota dan desa (Sumber: World Bank Education Survey).
Peluang dan Peringatan Dini bagi Guru
Bagi guru yang proaktif dan semangat belajar, ini adalah peluang emas. Kinerja yang terukur dan kompetensi baru akan menjadi jalur cepat untuk kenaikan pangkat, tunjangan, dan pengakuan profesional.
Namun, bagi guru yang menolak beradaptasi, ini adalah peringatan dini. Kegagalan menguasai Pembelajaran Mendalam, Koding, dan AI akan memengaruhi evaluasi kinerja dan status profesional mereka.
Tantangannya memang besar, tapi tujuannya mulia: menciptakan generasi pelajar Indonesia yang siap bersaing secara global berkat pengajaran yang relevan, mendalam, dan didukung oleh teknologi masa depan.

[ad_1]
[ad_1]
[matched_content]
News
Berita Teknologi
Berita Olahraga
Sports news
sports
Motivation
football prediction
technology
Berita Technologi
Berita Terkini
Tempat Wisata
News Flash
Football
Gaming
Game News
Gamers
Jasa Artikel
Jasa Backlink
Agen234
Agen234
Agen234
Resep
Cek Ongkir Cargo
Download Film